MEMBANGUN KARAKTER
Pelatihan dan Pertunjukan Teater Anak
ABSTRAKSI
Karakter sebuah bangsa tercermin dari karakter masyarakat yang hidup pada bangsa itu sendiri. Terciptanya karakter bangsa yang baik akan tergantung pada proses pembangunan karakter masyarakatnya. Dimikian pula karakter masyarakat akan baik apabila pembangunan karakter pada setiap individunya baik. Menimbang permasalah tersebut tampaknya pembangunan karekter menjandi bagian terpenting dalam membentuk pencitraan seseorang. Pembangunan karakter seseorang akan berbuah lebih baik apabila dilakukan sejak usia dini, di usia belum banyak terkontaminasi oleh pengaruh lingkungan yang bersifat negatif. Usia 1 – 15 tahun adalah usia keemasan seseorang dalam pembangunan karekter. Di sisi lain teater bukanlah seni tontonan belaka, namun teater pun merupakan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfatakan untuk pembagunan karakter dan kecerdasan anak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Larar Belakang
Bermain merupakan cermin perkembangan anak karena melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri dan diharapkan anak dapat melakukan berbagai kegiatan yang merangsang dan mendorong kepribadian anak baik yang mencakup aspek keterampilan/psikomotor, kecerdasan bahasa, emosi maupun sosial. Dalam hal ini mainan sangat berperan penting baik dalam tumbuh kembang anak yaitu dalam melatih ketelitian dan ketekunan anak dalam belajar serta pengembangan kecerdasan logic smart anak.
Dunia anak adalah bermain, karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak, dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan anak dalam dimensi : motorik kognitif, kreativitas, bahasa emosi sosial, nilai dan sikap hidup. Bermain dapat membawa harapan dan antisi tentang dunia yang memberikan dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang. Gordon dan Browne menyatakan "Melalui bermain akan belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak."
B. Maksud dan Tujuan
Wangsit tidak pernah muncul sebagai keberuntungan belaka. Ia adalah hasil dari sebuah komitmen untuk tetap menggeluti suatu permasalahan. Komitmen itu sendiri adalah sebuah tindakan sukarela atas dasar kehendak bebas untuk mengikat diri pada sebuah tujuan yang belum pasti akan tercapai.(Rollo May)
Seni merupakan salah satu media terpenting dalam mengarahkan pola permainan anak dalam mengembang motorik kognitif, kreativitas, bahasa emosi sosial, nilai dan sikap hidup. Bandoengmooi (kelempok independen dibidang seni) senantiasa berupaya mengembangkan pindidikan ketrampilan seni dalam bentuk wokshop/pelatihan dan pertunjukan seni.
Dalam mengembangakan potensi anak, pada program 2010 Bandoengmooi berupaya menyelenggarakan pelatihan dan pertunjukan teater untuk anak-anak yang duduk dibangku Sekolah Dasar dalam tema “Membangun Karakter”.
Dari program ini diaharapkan anak-anak bukan saja trampil bermain teater, namun lebih dalam lagi, setiap anak mampu tampil percaya diri, mampu membangun kerjasama, bersosialisasi, cerdas IQ, EQ dan SQ, juga kreatif.
BAB II
BENTUK KEGIATAN
Ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif dan ciri non-kognitif. Ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri non-kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Kreativitas baik yang meliputi ciri kognitif maupun ciri non kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan.
Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan.
Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu dipupuk untuk melatih anak berpikir luwes, lancar, asli, menguraikan dan dirumuskan kembali yang merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
A. Persaratan Pelatihan/Workshop Teater Anak
1. Peserta adalah anak-anak Sekolah Dasar atau kerjasama dengan beberapa Sokolah Dasar di Bandung.
2. Peserta terbatas 25-50 orang
3. Lama pelatihan 70 jam dalam 4 bulan dan peserta tidak dipungut biaya (gratis).
4. Mengenal dasar-dasar teater hingga mendorong pada pengembangan kepribadian dan pembangunan karakter anak.
5. Pemateri terdiri dari: 1 orang Pemateri Utama, 4 orang Tutor, 3 orang Pemateri Tamu (Psikolog, Pakar Pendidikan Anak & Budayawan)
B. Materi Pelatihan/Workshop Teater
1. Konsentrasi : Pemusatan Perhatian
2. Imajinas : Intelegensi
3. Emosi : Mengolah rasa, dasar-dasar emosi
4. Motivasi : Dorangan dan keyakinan
5. Adaptasi : Penyesuaian diri
6. Olah Tubuh : Materi Dasar tari dan gerak kreatif
7. Olah Vokal : Materi Dasar bernyanyi, Diksi, Intonasi, Aksentuasi
8. Tempo-Ritme : Irama
9. Komunikasi : Dialog, bahasa tubuh
10. Presentasi : Bermain drama, Monolog, Mendongeng, Baca puisi
Penyampaian materi 75% dilakukan dengan mengunakan metode game excecase dan studi kasus.
C. Pergelaran Teater Anak
Merupakan evaluasi dari hasil wokshop/pelatihan.
Judul : Kerajaan Burung
Karya : Saini KM
Sutradara : Hermana HMT
“Kerajaan Burung” merupakan drama anak-anak yang bertemakan pemeliharaan lingkungan hidup.
Sinopsis: Kerajaan Burung menceritakan kenakalan anak Pak Lurah. Burung-burung diketapel seenaknya, sehingga enggan terbang di desanya. Akibatnya, ulat-ulat dan serangga muncul merusak tanaman - tanaman milik pak tani. Kiku, salah seorang anak yang bersahabat dengan burung diminta Pak Lurah untuk memanggil burung-burung kembali.
D. Jadwal Kegiatan
D.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pelatihan/workshop Teater Anak
Juli, Agustus, September, Oktober 2010
Di Gedung Indonesia Mengugat,
Jl Perintis Kemerdekaan No.5 Bandung atau di Sekolah Dasar Yang ditunjuk.
D.2. Waktu dan Tempat Pertunjukan Teater Anak
Tanggal 9-10 Oktober 2010
Pukul 14.00 dan 19.00 WIB
Di Taman Budaya Jawa Barat Bandung
E. Sasaran Yang Ingin Dicapai
E.1. Membangun Karakter Anak
Pada mulanya otak manusia bagaikan sebauh kaset kosong. Lantas manusia melakukan kominikasi dan interaksi dengan berbagai hal yang ada dilingkungan sekitar, dengan sendirinya hal-hal yang tertangkap oleh mata, pikiran dan perasaan akan terekam oleh otak manusia. Hasil dari rekaman itulah kelak akan membentuk karakter manusia.
Setiap orang tua berharap anak yang dilahirkannya memiliki karakter yang baik, yang bisa dibangakan orang tua, masyarakat, bangsa dan negaranya. Tentunya proses pembangunan karakter tersebut dibutuhkan penopang yang signipikan. Disamping yang lainnya ada penopang yang tergolong sangat penting, yaitu pendidikan dan budaya. Dua hal ini akan menggerakan rodanya sehingga melahirkan individu-individu yang cerdas IQ, EQ, dan SQ , maka disitulah terbentuk karakter manusia seutuhnya.
E.2. Mengembangkan Daya Guna Sarjana Seni
Dunia pendidikan telah melahirkan sarjana-sarjana seni yang terbilang handal, baik dibidang keilmuan maupun skilnya. Daya guna sarjana seni sebagian sudah terserap diberbagai intansi pemerintah, perusahaan swasta dan lembaga pendidikan. Disamping itu ada pula yang mimilih wirausaha atau menjadi seniman sejati. Namun kebutuhan akan sarjana seni tidak sebanyak kebutuhan terhadap sarjana yang menggeluti keilmuan dan skil lain, sehingga daya serapnya masih terasa sedikit. Untuk mengimbangi hal tersebut tentu diperlukan cara-cara lain yang akhirnya ilmu dan skil sarjana seni dapat dikembangkan daya gunanya.
Kegiatan yang mengarah pada kemandirian daya guna sarjana seni dalam menerapkan ilmu dan skilnya kepada masyarakat secara langsung lewat pendidikan non fomal merupakan program yang kami kembangkan. Kegiatan inipun bermanfaat tidak hanya dalam upaya penyaluran sarjana seni, namun turut membantu pelaksanaan program pendidikan nasional yang tidak memiliki banyak waktu untuk dilakukan di pendidikan formal, terutama di sekolah umum yang tidak menghususkan diri mengembangkan dunia seni dan kreativitas.
Sarjana seni yang bertidak segabai pemateri/tutor pada pelatihan/workshop serta yang terlibat langsung dalam mengusung pertujukan teater anak ini diharapkan dapat memberi warna lain pada dunia pendidikan. Kehadirannya dapat mondorong motivasi perserta didik untuk terus mau mengasah kreativitas dan intelegensinya. Menghadirkan pola pendidikan “bermain-main dalam kesungguhan dan bersungguh-sungguh dalam bermain”. Artinya peserta didik merasa senang dan tidak terpaksa diarahkan dalam menerima materi, sehingga mau melakukan tindkan kreatif dengan baik.
BAB III
PENUTUP
Jika keberanian moral merupakan pembenaran dari berbagai kesalahan, sebaliknya keberanian kreatif merupakan penemuan bentuk-bentuk baru, simbol-simbol baru, dan pola-pola baru yang di atasnya suatu masarakat baru bisa dibangun. (Rollo May)
Anak adalah harapan bangsa, calon penggerak roda kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang. Tentu saja semua orang tua atau siapapun yang berkepentingan akan menyimpan harapan-harapan besar kepada anak untuk lebih maju dibanding orang tuanya atau pendahulunya. Suatu bangsa akan lebih maju di masa yang akan datang apa bila pengelo bangsa pada hari ini mampu menyiapkan sumber daya yang diarahkan pada pola dan visi kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Dalam menuju pencapai harapan tersebut, tentu saja banyak cara atau metode yang baik, yang bisa diterapkan.Penyelenggaraan pelatihan/workshop dan pergelaran teater untuk anak-anak tentu tidak ingin atau sekedar terselenggara dan setelah itu selesai. Namun segala hal yang dilakukannya mesti melahirkan harapan-harapan yang bisa memberikan spirit pada kehidupan manusia. Setidaknya memberikan perenungan, kecerdasan dan keindahan artistik dari setiap gagasan yang ditawarkan.
Bermain bersifat paradoksal karena tindakan yang dilakukan anak saat bermain tidak sama artinya dengan apa yang mereka maksudkan dalam kehidupan nyata. Menurutnya bermain akan memajukan kemampuan untuk memahami berbagai tingkatan makna. Pada satu tahap anak terlibat dalam peran pura-pura dan memfokuskan diri pada bermain pura-pura, secara bersamaan, mereka menyadari identitas diri masing-masing dan arti yang sesungguhnya dari obyek dan tindakan yang mereka gunakan dalam bermain.
Pengembangkan potensi diri dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan lewat seni teater tidaklah bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, tapi harus berkesinambungan dari waktu ke waktu. Program ini pun diharapkan bisa berkesinambungan dari tahun ketahun dan menjadi agenda tetap Bandoengmooi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar