Rabu, 02 Januari 2013



Trafficking-Longser Bandoengmooi/foto Bebeng

Sang Istri Minta Damai dengan Nyanyi

BANDUNG, TRIBUN - Sang perempuan bernama Popon yang mengaku telah dinikahi Kades Junjun dan 4 hari kemudian diceraikan lewat SMS (Short Message Service) itu ternyata tidak meminta penyelesaian masalahnya dengan uang pengganti. Popon yang berawakan gendut dan berhidung pesek itu hanya meminta kades Junjun menyanyi dan urusan pun selesai.

"Saya mah tidak akan minta uang ganti rugi bermiliar-miliar. Tapi cukup pak kades menyanyi saja," tutur Popon saat bermain dalam longser berjudul "Trafficking atawa Tukang Daging yang dimainkan komunitas pencinta seni Bandoengmooi di halaman Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Minggu (9/12) malam.

Sontak permintaan Popon itu pun mampu mengundang tawa penonton. Karena penonton sudah hapal betul bahwa vokal sang kades sangat unik, tak mampu bernyanyi sesuai irama sehingga sulit diikuti gamelan, dan mampu mengundang penonton tertawa.

Seiring dengan itu saweran uang logam dan kertas dari penonton terlihat meramaikan suasana. Penonton banyak yang melemparkan uang ke area longser. Bahkan hal itu sudah terjadi sejak awal tampil.

Dengan berdamainnya antara kades Junjun dan Popon, dan setelah penonton terkocok perutnya karena menertawakan vokal dan tarian kades Junjun, sang sutradara Hermana HMT pun langsung tampil dan mengatakan bahwa pergelaran longser berjudul Trafficking atawa Tukang Daging dicukupkan sampai di situ. (*)
Longser Bandoengmooi 2012/foto Bebeng

Kesenian Longser Kurang Dapat Perhatian


INILAH.COM, Bandung - Ketua Longser Bandoengmooi Hermana HMT menilai pemerintah Pemprov Jabar saat ini masih kurang perhatian terhadap kesenian longser.

"Betapa ironisnya, melihat minimnya perhatian Pemprov Jabar pada kesenian longser. Dalam hal ini kami menilai Pemprov Jabar tidak sungguh-sungguh melaksakan Perda tentang Pemeliharaan Kebudayaan," kata Hermana dalam konferensi persya di Gedung Indonesia Menggugat Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Kamis (28/11/2012).

Hermana mengatakan longser merupakan teater tradisional Jabar yang lahir di Bandung. Di dalamnya memuat unsur akting, lawakan, musik, nyayian, tari, dan rupa.

"Bisa dibilang kala menggelar longser, semua kesenian di Jabar ada di dalamnya. Selain itu dengan menyimak longser, maka kita akan menyaksian ddan merasakan atmosfer masyarakat Sunda yang terkenal bahasa lokalnya serta keakrabannya," jelasnya.

Potensi seni tradisional seperti longser, lanjutnya, akan berkembang pesat apabila proses pewarisan dan pendidikannya dilakukan sistimatis dan berkesinambngan. "Untuk itu diperlukan tangan-tangan terampil yang mampu memberikan spirit, sehingga para pewaris serta ahli waris seni tradisional terus bersemangat melibatkan diri memelihara dan mengembangkannya ke arah yang lebih maju," paparnya.

"Akhirnya pewarisan bukan sekadar kelanggengan, namun menjadi sumber inspirasi pembangunan budaya daerah yang lebih beradab. Karena seni tradisional benar-benar menjadi subjek, masyarakat merasa ada di dalamnya," tandasnya.[jul]