SAUNG ANGKLUNG UDJO
Oleh Hermana HMT
Kawasan wisata budaya yang terletak di sebelah timur pusat kota Bandung, tepatnya di jalan Padasuka kelurahan Pasirlayung kecamatan Padasuka ini hampir setiap hari dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Tempat yang luasnya sekitar satu hektar tersebut sangat presentatif sebagai tempat untuk bersantai. Rumpun bambu hitam yang tumbuh di mana-nana menjadikan tempat itu sangat teduh, sejuk, udaranya segar dan kental dengan suasana pedesaan.
Suguhan yang paling menarik dan menjadi trade mark Saung Angklung Udjo adalah pertunjukan musik angklung. Musik tradisional Sunda ini disuguhkan di panggung arena tertutup dengan daya tapung penonton sekitar 500 orang, pada saat wisatawan berkenjung. Permainan musik angklung yang melibatkan anak-anak, penduduk yang tinggal disekitar tempat tersebut akan terus dimaikan oleh mereka walau wisatawan yang datang hanya lima orang. Keakrabanpun senantiasa dibangun oleh para pemainnya dan pemandu acara (MC). Selain menjadi penonton wisatawan bisa terlibat langsung menjadi pemain angklung atau berjoged bersama. Musik yang bisa bernada pentatonis dan diatonis ini menawarkan lagu-lagu Sunda, lagu-lagu daerah di Indonesia, lagu dari mancanegara dan lagu-lagu pop yang sedang popular di masyarakat. Di sisi lain wisatawan atau pengunjung pun bisa membeli souvenir, baik berupa angklung atau suvenir lainnya hasil para pengrajin setempat dan didatangkan dari daerah lain di Indonesia.
Tempat yang telah mempromosikan angklung keberbagai negara serta memperoleh penghargaan internasional ini didirikan tahun 1967 oleh Udjo Ngalagena (1929-2001), salah satu tokoh dan seniman Indonesia asal Bandung. Bersama keluarganya Saung Anglung di dirintis Udjo dari secuil semangat dan kecintaan akan seni tradisional Sunda, dengan harapan musik angklung bisa menjadi sebuah pertunjukan kesenian yang menarik, mendidik, mudah, murah, meriah dan masal.
Di saung itulah Odjo mendidik anak-anaknya bermain angklung. Selain itu ia pun membuka diri bagi setiap orang yang tertarik mempelajari masik bahkan sampai membuat angklung sendiri. Sejak pendiriannya sampai sekarang lebih 1.000 orang pernah belajar dan menjadi pemain angklung di Saung Angklung Udjo. Terutama bagi anak-anak yang hidup disekitarnya Saung Angklung Udjo menjadikan rumah kedua mereka. Selain belajar kesenian mereka pun bebas bermain di tempat itu.
Udjo Ngalagena yang terlahir dari keluarga petani, belajar banyak tentang angklung semenjak masuk sekolah guru, dan Daeng Soetigna (Bapak Angklung) adalah guru di sekolah tersebut. Semenjak itulah Udjo berproses bareng dengang Daeng Soetigna dan sejak itu ia tidak bisa lepas dari kesenian angklung. Hampir setiap saat dan kesempatan Udjo mendukung program yang dikembangkan Daeng, yakni mengajarkan musik angklung pada siswa-siswa, hingga keduanya mengajar bareng di Kaservatori Karawitan (KOKAR) dan kini menjadi Sekolah Tinggi Seni (STSI) Bandung.
Sepeninggalan Udjo dan istriya, jejak langkah Saung Anglkung Udjo dikebangkan oleh kesembilan anaknya. Walau tempat itu diurus oleh ahli waris Udjo, numun demi kemajuan program yang dikembangkan, pekerjaan penting lainnya mereka serahkan ke tangan-tangan yang lebih profesional di bidangnya. Lantas hasil jerih payah Udjo Ngalagena dan atas dorongan Daeng Soetigna sebagai sang guru, Saung Anglung Udjo saat ini menjadi suber kehidupan bagi keluarga Udjo sendiri dan masarakat setempat, anak-anak maupun orang dewa. Sebagai tempat pewaris kesenian Sunda, tempat berekspesi, tempat rekreasi dan hiburan, tempat itu telah memiliki andil besar dalam menopang perekonomian penduduk setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar