Selasa, 07 November 2017

Di Pendopo DPRD Cimahi, Bandoengmooi Persembahkan ‘Siluman Munding Dongkol’




POJOKBANDUNG.com, CIMAHI- Komunitas budaya “Bandoengmooi” mencurahkan keprihatinan terhadap pencemaran lingkungan melalui seni Longser dengan mengangkat tema “Peduli Lingkungan”.

Ketua Bandoengmooi, Hermana menjelaskan, pertunjukan longser tersebut merupakan kritik sosial terhadap pencemaran lingkungan dan maraknya alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan atau daerah resapan air bersih, menjadi permukiman.

“Alih fungsi ini selain menyebabkan berkurangnya sumber air bersih juga bisa menyebabkan banjir,” kata Hermana.

Disisi lain, kebiasaan buruk masyarakat dan perusahaan yang membuang limbah ke sungai, dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat dan merusak ekosistem. “Intinya harus sama sama menjaga kebersihan lingkungan,” ucapnya.
Apa yang diharapkan dari pertunjukan tersebut, ungkapnya, diharapkan mampu memberi nilai edukasi yang dapat meningkatkan kesadaran budaya dan kesadaran lingkungan serta membangun citra positif bagi perkembangan kota Cimahi.

“Jadi bukan semata menampilkan seni sebagai media hiburan saja, tapi bisa menjadikan sebuah motivasi dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap Lingkungan, Seni dan Budaya,” tuturnya.

Pertunjukan bercerita adanya seorang gadis bernama Euis yang diberitakan hilang setelah ibunya menyuruh Euis untuk mengambil air di sumber mata air dekat aliran sungai tak jauh dari rumahnya.
Hilangnya gadis itu membuat warga sekitar menduga Euis dibawa “Siluman Munding Dongkol”. Siluman itu diyakini masyarakat merupakan mahluk gaib yang mengiasai aliran sungai di wilayahnya.

Pada akhirnya, warga pun menyimpulkan kalau Euis dijadikan tumbal atau persembahan oleh Nyimas Titi seorang pengusaha, yang dianggap telah bersekutu dengan Siluman Munding Dongkol. Setelah dicari, Euis yang hilang akhirnya ditemukan namun telah menjadi mayat. Dikabarkan Euis meninggal bukan karena dipersembahkan pada Siluman Munding Dongkol, namun jatuh terpeleset dan terbawa arus sungai. Mayatnya pun ditemukan dikubangan jauh dari tempat Euis terjatuh.
Selain digemparkan oleh hilangnya Euis, masyarakat juga digemparkan oleh langkanya air bersih dan adanya wabah penyakit yang menimpa sebagian besar masyarakat di sekitar bantaran sungai dan sudah banyak yang meninggal dunia.

Tudingan sumber penyakit itu pun tertuju pada Siluman Munding Dongkol yang sedang minta banyak korban. Akan tetapi, diantara masyarakat masih ada yang tidak percaya dengan tahayul atau mitos Siluman Munding Dongkol.

Mereka mengatakan bahwa sumber penyakit itu muncul karena disebabkan air yang digunakan masyarakat telah tercemar oleh limbah dan, sumber mata air yang ada menjadi kekeringan disebabkan oleh hilangnya tempat serapan air karena, lahan pertanian dan hutan lindung sudah sangat berkurang karena alih fungsi menjadi permukiman dan pabrik.

Longser Bandoengmooi di Pendopo DPRD Kota Cimahi


SENI – Pertunjukan Seni Longser Bandoengmooi Sabtu, 30 September 2107 di Pendopo DPRD Kota Cimahi

Cimahi sebagai bagian dari Provinsi Jawa Barat adalah salah satu daereh yang mengembangkan teater tradisional bernama Longser. Produk budaya yang pernah mencapai puncak kejayaannya di tahun 70-80an, sekarang ini sekitar 75% (perlu dikaji lebih lanjut) masyarakat Kota Cimahi dan sekitarnya sudah tidak mengenal lagi. Walau ada beberapa komunitas budaya menghidupkan kembali sebagai bagian dari identas budaya lokal, namun yang dilakuknya sering kali tidak bekesinambungan dan menyebabkan seni Longser mati enggan hidup tidak mau, seperti harta karun yang belum ditemukan kembali.

Mengembangkan Longser berarti kita mengembangkan multi talenta di bidang kesenian, karena Longser merupakan teater tradisional yang memuat berbagai jenis kesenian lokal yang tumbuh di masyarakat. Pertunjukan Longser merupakan ramuan dari seni musik tradisional, seni tari tradisional, seni akting, seni lawak, seni suara (bernyanyi), seni tutur (bercerita) dan seni rupa. Sedangkan bagi pembambangunan kepribadian, Longser mampu mendorong seseorang (pelakunya) untuk berani tampil, percaya diri, dan bertutur kata dengan baik di hadapan umum karena dialog yang disampaikan lebih banyak spontanitas.

Lewat cerita yang disampaikan, Seni Longser pun menjadi sarana komunikasi penyampaian informasi penting pada masyarakat, diantanya; 1. Tentang Kesehatan, 2. Tentang Pendidikan, Tentang Lingkungan Hidup, 3. Tentang Sosial dan Politik, 4. Tentang Iptek, 5. Tentang Pemerintahan, 6. Tentang Ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.

Pertunjukan Longser  bukan semata menampilkan seni sebagai media huburan, namun dari karya seni yang ditawarkan mempu memberi nilai edukasi yang dapat meningkat kesadaran budaya dan kesadaran lingkungan, dan membangun citra positif bagi perkebangan kota Cimahi. Disisi lain, multi efek dari kegiatan ini memberi diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Cimahi, dan memajukan ekonomi kreatif, baik bagi pelaku seninya maupun pelaku usaha lain.

Dari kegitan ini diharapkan dapat; 1. Tingkatkan produktivitas dan kreativitas seniman di Kota Cimahi, 2. Menjadi ajang promosi potensi seni budaya lokal yang dimiliki, 3. Memberi ruang apresiasia bagi masyarakat di tengah sepinya perhelatan kebudayaan di kota Cimahi.

Tentang pertunjukan
 Euis diberitakan hilang setelah mejelang magrib ibunya menyuruh ambil air di sumber mata air dekat aliran sungai. Masyarakat menuding ieus hilang dibawa oleh Siluman Munding Dongkol, mahluk gaib yang mengiasai aliran sungai di wilayahnya.

Isu beredar Euis dijadikan tumbal atau persembahan oleh Nyimas Titi seorang pengusaha, yang dianggap telah bersekutu dengan Siluman Munding Dongkol.

Selain heboh kehilang Euis, masyarakat juga digemparkan oleh langkanya air bersih dan adanya wabah penyakit yang menimpa sebagin besar masyarakat di sekitar bantaran sungai dan sudah banyak yang meninggal. Tudingan sumber penyakit itu pun tertuju pada Siluman Munding dongkol yang sedang minta banyak korban.

Namun diantara masyarakat masih ada yang tidak percaya dengan tahayul atau mitos Siluman Munding Dongkol. Mereka mengatakan bahwa sumber penyakit itu muncul karena disebabkan air yang digunakan masyarakat telah tercemar oleh limbah. Dan sumber mata air yang ada menjadi kekeringan disebabkan oleh hilangnya tempat serapan air karena lahan pertanian dan hutan lindung sudah sangat berkurang karena alih pungsi menjadi pemukiman.

Euis yang hilang akhirnya ditemukan telah menjadi mayat. Dikabarkan Euis meninggal bukan karena dipersembahkan pada Siluman Munding Dongkol, namun jatuh terpeleset dan terbawa arus sungai. Mayatnya ditemukan dikubangan jauh dari tempat jatuhnya.

Pertunjukan longser ini merupakan kritik sosial terhadap maraknya alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan atau daerah resapan air bersih, menjadi pemukiman. Alih fungsi ini selain menyebabkan berkurangnya sumber air bersih juga menyebabkan banjir.

Disisi lain kebiasan buruk masyarakat dan perusahaan membuang sampah atau limbah ke sungai menyebabkan air sungai tercemar dan mengacam kelasungan hidup masyarakat di sekitar sungai dan ekosistem.

Sekaligus merayakan hari jadi komunitas seni Bandoengmooi ke 21 tahun, pertunjukan diharapkan tidak sekedar menyuguhkan nilai-nilai etetik, tapi membangun kesadaran bersama menjaga lingkungan hidup dari segala aspek yang merugikan banyak orang atau mahluk hidup lainnya.
Pertunjukan longser in berjudul “Euis dan Siluman Munding Dongkol” Karya/Sutradara Hermana HMT, Penata Musik Selamet Oki, produksi Bandoengmooi digelar Sabtu, 30 September 2017 pukul 19.30 WIB di Pendopo DPRD kota Cimahi, dengan para aktor muda berbakat sepeti Jajang (Hansip), Hafidz (Hansip), Dio (Hansip), Ajeng (Edah), Ahamad Afandi (Pemimpin Demo), Yuda (Lurah), Indah (Jahe), dan lainnya.

Tentang Bandoengmooi
Bandoengmooi merupakan komunitas seni, berdiri tanggal 26 September 1996 atas prakarsa Aendra H. Medita (jurnalis/seniman), Dodi Rosadi (seniman) dan beberapa orang pegiat seni lainnya. Program pertama sekaligus pelucuran komunitas ini, nyakni diselenggarakan pameran lukisan karya Rosid (1996).

Ditengan panasnya suhu politik di Indonesia dan pembungkaman terhadap pers, tahun 1997 Bandoengmooi secara sembunyi-sembunyi gelar Diskusi Kebebasan Pers dengan mengundang pers mahasiswa se Indonesia. Masih 1997 Bandoengmooi pertama kali gelar pertunjukan Teater Monolag Berjudul Terkapar Aktor/karya Hermana HMT dan Brehoh karya Aendra H. Medita.
Dari tahun 1998 sampan sekarang Bandoengmooi lebih dominan gelar pertunjukan, teater baik teater modern maupun teater tradisional (Longser). Walau pentolan-pentolan Bandoengmooi sudah pada sibuk dengan pekerjaanya masing-masing namun tetap menjalin komunikasi dan senantiasa dapar support dari mereka.

Semula nama Bandoengmooi adalah Bandoengmooj. Namun ketika ada kesalahan ketik dalam pembuatan akta notaris tahun 2007 Bandoengmooj menjadi Bandoengmooi, sejak itu sampai sekarang kami gunakan Bandoengmooi karena pada prinsipnya nama itu mengandung pengertian yang sama. Kami mengambil nama itu dari nama majalah tompo dulu bernama Mooi Bandoeng. Supaya tidak persis sama, kami membalikan kata Bandoeng di depan dan kata mooi mengikutinya. Dalam bahasa Belanda mooi artinya indah dan Bandoengmooi  adalah Bandung yang indah.

Dibawah pembinaan Hermana HMT  dan Ketua Selamat Oki Pratomo, dengan anggota aktif sekitar 50 orang dari berbagai kalangan, kini Bandoengmooi kembangkan pelatihan longser, teater modern, seni helaran Bangbarongan, melakukan pemulyaan terhadap air bersih melalui kegitan Upacara Adat Hajat Cai, dan gelar pertunjukan dengan konsisten mengusung tema pemeliharaan lingkungan hidup serta kritik sosial lewat bahasa seni.

Pertujukan Longser Digelar di Pendopo DPRD Kota Cimahi


Minggu, 1 Oktober 2017 | 17:48 WIB
Wartawan: Whisnu Pradana
KOMUNITAS seni Bandungmooi Cimahi menyelenggarakan penampilan longser dengan judul "Euis dan Siluman Munding Dongkol", di Pendopo DPRD Kota Cimahi, Minggu (30/9/2017).

Menurut Hermana, sutradara longser, ide awal menampilkan longser tersebut berdasarkan buruknya kondisi lingan di Kota Cimahi, khususnya di wilayah Cimahi Selatan.

"Pertunjukan longser ini merupakan kritik sosial terhadap maraknya alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan atau daerah resapan air bersih, menjadi pemukiman. Alih fungsi ini selain menyebabkan berkurangnya sumber air bersih juga menyebabkan banjir," ucap Hermana saat ditemui di Pendopo DPRD Cimahi, Jalan D. Karmita.

Longser Euis dan Siluman Munding Dongkol mengisahkan Euis, sang pemeran utama, yang diberitakan hilang setelah menjelang magrib saat ibunya menyuruhnya mengambil air di sumber mata air dekat aliran sungai.

Masyarakat menuding Euis hilang dibawa oleh Siluman Munding Dongkol, mahluk gaib yang menguasai aliran sungai di wilayahnya. Isu beredar Euis dijadikan tumbal atau persembahan oleh Nyimas Titi, seorang pengusaha yang dianggap telah bersekutu dengan Siluman Munding Dongkol.

Selain heboh karena hilangnya Euis, masyarakat juga digemparkan oleh langkanya air bersih dan adanya wabah penyakit yang menimpa sebagin besar masyarakat di sekitar bantaran sungai dan sudah banyak yang meninggal.

Tudingan sumber penyakit itu pun tertuju pada Siluman Munding dongkol yang sedang minta banyak korban.

Namun, diantara masyarakat ada juga yang tidak percaya dengan tahayul atau mitos Siluman Munding Dongkol. Mereka mengatakan bahwa sumber penyakit itu muncul disebabkan air yang digunakan masyarakat telah tercemar oleh limbah.

Sumber mata air yang ada, juga mengalami kekeringan lantaran hilangnya tempat serapan air karena lahan pertanian dan hutan lindung sudah sangat berkurang karena alih fungsi menjadi pemukiman.

Euis yang beberapa lama telah hilang, ditemukan telah menjadi mayat. Dikabarkan Euis meninggal bukan karena dipersembahkan pada Siluman Munding Dongkol, namun jatuh terpeleset dan terbawa arus sungai. Mayatnya ditemukan di kubangan tak jauh dari tempatnya terjatuh.

"Berangkat dari kondisi lingkungan yang semakin rusak, seperti kasus limbah batubara di Cibodas Cimahi Selatan, kekeringan setiap memasuki kemarau, dan banjir memasuki musim hujan," beber Hermana sang sutradara.

Disisi lain kebiasan buruk masyarakat dan perusahaan membuang sampah atau limbah ke sungai menyebabkan air sungai tercemar dan mengacam kelasungan hidup masyarakat di sekitar sungai dan ekosistem.

"Semoga dari longser ini, selain menghibur kami juga ingin menyampaikan kritik terhadap pemerintah, yang seakan tutup mata melihat buruknya kondisi lingkungan Cimahi," jelasnya.
Editor: H. Dicky Aditya

Munding Dongkol, Takhyul, dan Hancurnya Harapan




Pertunjukkan teater Munding Dongkol, garapan sutradara Hermana MT dan kelompok Bandoengmooi, bermula dari sebuah desa yang tergerus pembangunan dan hilangnya sumber air.

Puncak kepanikan desa saat kembang desa hilang, yakni Euis. Gosip menyebar di tengah masyarakat bahwa si kembang desa dijadikan tumbal oleh Nyiman Titi seorang pengusaha yang dianggap bersekutu dengan Munding (kerbau) Dongkol. Pada persoalan lain, teater ini juga mengetengahkan persoalan warga yang tergusur dari tanahnya sendiri.
Pembangunan hotel, kondominium, dan pusat-pusat perbelanjaan mengubah lahan pertanian mereka. Sementara sumber mata air mereka pun menjadi kering seiring laju pembangunan itu.
Pertunjukkan teater Munding Dongkol penuh dengan kritik-kritik sosial yang dikemas dalam dialog dan adegan yang jenaka. Keresahan warga dicampur dengan takhyul menjadikan kisah “Munding Dongkol” mudah diterima oleh masyarakat.

Pada akhir pertunjukkan, semakin jelaslah saat seorang aktor menegaskan kembali bahwa siluman Munding Dongkol tidaklah nyata. Kematian Euis murni sebuah kecelakaan. Euis terpeleset dan tenggelam di Sungai Cikapundung.
“Kesenian saya bukan hanya sekedar tontonan tapi harus menjadi tuntunan. Jadi masyarakat pulang dari sini, kesadarannya itu tergugah. Terutama agar mereka sadar, bahwa penting menjaga lingkungan hidup,” kata Hermana HMT, saat diwawancara oleh artspace.id, usai pertunjukkan di Celah Celah Langit, Senin malam (26/09/2017).
Melalui pertunjukkan teater Hermana dan kelompok Teater Bandungmooi lebih mengedepankan edukasi. Salah satunya berkampanye pentingnya menjaga lingkungan, seperti hutan, sumber air, termasuk kebersihan.

Pertunjukkan ini juga secara lugas mengkritik pemerintah agar jangan semena-mena membangun perumahan, hotel, dan sebagainya yang lebih mengedepankan kepentingan kapitalis.
“Pemerintah harus memikirkan juga bahwa lingkungan ini penting bagi masyarakat banyak.”

Sekilas Bandoengmooi
Bandoengmooi adalah komunitas seni yang berdiri pada 26 September 1996 atas prakarsa Aendra H. Medita (jurnalis), Dodi Rosadi (perupa), dan beberapa orang pegiat seni lainnya. Sejarah juga mencatat Bandungmooi pernah terlibat dalam pergerakan pro demokrasi dengan menyelenggarakan Diskusi Kebebasan Pers dengan mengundang Pers Mahasiswa tahun 1997. Saat itu rezim otoriter Soeharto sangat anti dengan kebebasan pers, termasuk kebebasan berkesenian.
Sejak tahun 1998, Bandungmooi dulu bernama Bandoengmooj, lebih fokus menggelar pertunjukkan seperti teater modern dan teater rakyat, longser. Rata-rata tema yang diusung berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan hidup serta kritik sosial lewat bahasa seni.
Di bawah asuhan Hermana MT, Bandungmooi berkembang menjadi salah satu komunitas seni yang aktif. Rata-rata anggotanya terdiri dari anak muda. Pertunjukkan teater “Munding Dongkol”, yang digelar di Celah Celah Langit, di jalan sempit samping Terminal Ledeng, Bandung, juga dimainkan oleh anak-anak muda.
Pertunjukkan Bandungmooi berjudul “Munding Dongkol” merupakan salah satu rangkaian perhelatan “Seni Bandung #1″[]

Mengenal Mitos Munding Dongkol yang Bisa Merenggut Nyawa Manusia






Kamis, 21 September 2017 19:07
 

Laporan Wartawan Tribun Jabar Putri Puspita




TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Pernah mendengar sebutan Munding Dongkol ?
Munding Dongkol adalah mitos di kawasan Bandung Raya berbentuk kerbau yang disebut sebagai penguasa air.
Munding Dongkol dianggap sebagai siluman yang membahayakan hingga mampu merenggut nyawa manusia.
Sutradara teater Bandoengmooi, Hermana HMT menceritakan pengalaman masa kecilnya.
Ketika itu temannya mengalami dikejar oleh Munding Dongkol hingga menangis.
"Hingga sekarang cerita teman saya menjadi inspirasi, dikolerasikan dengan gaya kekinian," ujar Hermana HMT di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan No 5, Kamis (21/9/2017).
Berdasarkan penelusuran Tribun Jabar, banyak ditulis di sejumlah laman bahwa konon Munding Dongkol adalah sosok yang dipercaya warga yang bermukim di hulu Sungai Citarum.
Kabarnya kemunculan kerbau siluman ini biasanya terjadi ketika air Sungai Citarum akan meluap atau banjir.
Kemunculan kerbau siluman yang sedang berenang di tengah sungai dari arah hulu ke titik batas kekuasaannya, dipercaya sebagai pertanda akan datang banjir besar.
Menurut Hermana, jika dahulu Munding Dongkol berbentuk siluman kerbau, saat ini munding dongkol adalah sampah dan limbah pabrik.
Sampah dan limbah pabrik mampu menimbulkan marabahaya dan penyakit hingga mengakibatkan meninggal dunia.
Pertunjukan teater Munding Dongkol merupakan kritik sosial terhadap maraknya alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan, daerah resapan air bersih menjadi pemukiman di kawasan Bandung Utara.
Alih fungsi ini selain menyebabkan berkurangnya sumber air bersih juga menyebabkan banjir di kawasan Bandung tengah, timur dan selatan.
Di sisi lain kebiasaan buruk masyarakat dan perusahaan membuang sampah atau limbah ke sungai menyebabkan air sungai tercemar.
Hal ini tentu akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat di sekitar sungai dan ekosistem sungai. (*)